I.
PENDAHULUAN
Bahasa
adalah kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang – orang untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, emosi, dan keinginan[1].
Dengan definisi lain, bahasa adalah alat yang digunakan untuk mendeskripsikan
ide, pikiran, atau tujuan melalui struktur kalimat yang dapat dipahami oleh
orang lain[2].
Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan
bahasa tersebut kepada orang lain mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir
mengajarkan bahasa adalah hal yang lain. Seorang yang akan menjadi guru bahasa
arab harus menguasai ketiga hal yaitu : (1) kemahiran berbahasa arab, (2)
pengetahuan tentang bahasa arab, dan (3) ketrampilan mengajarkan bahasa arab.
Penguasaan bahasa lebih dari satu, yang biasa di sebut
bilingualisme untuk penguasaan dua bahasa dan multilingualisme untuk lebih dari
dua, mempunyai sifat-sifat yang khas. Dari kekhasan perlu adanya pendekatan untuk
menciptakan kecakapan. Dalam hal ini kecakapan bahasa arab yaitu ; menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dari empat kecakapan tersebut penulis memilih
kecakapan berbicara dalam konteks percakapan berbahasa arab. Sebagaimana
kajiannya adalah percakapan bahasa arab, maka perlu pembatasan yang berupa ;
Dasar-dasar teoritis pembelajaran Bahasa dan teori kesatuan, cabang pembelajaran bahasa Arab.[3]
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Dasar – dasar teoritis
pembelajaran Bahasa Arab ?
2. Bagaimanakah teori kesatuan dan cabang
pembelajaran Bahasa Arab?
III.
PEMBAHASAN
1. Dasar-Dasar Teoritis
Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran
bahasa dibangun atas landasan teori-teori ilmu jiwa, dan ilmu linguistik.
Psikologi membahas bagaimana orang belajar sesuatu. Linguistik memberikan
informasi tentang seluk beluk bahasa. Informasi dari keduanya digabung menjadi
suatu cara atau metode yang memudahkan proses belajar mengajar, untuk mencapai
tujuan tertentu.
a. Teori – teori
Psikologis
Para ahli psikologi pembelajaran
sepakat bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat unsur-unsur internal yaitu
bakat, minat, kemauan dan pengalaman terdahulu dalam diri pelajar, dan
eksternal yaitu lingkungan, guru, buku dsb. Unsur yang menjadi faktor dominan
atau paling besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran dapat dilihat melalui
dua teori besar dalam psikologi yaitu :
1) Teori Behaviorisme
Dalam pengajaran bahasa, teori behaviorisme melahirkan pendekatan
audio lingual. Dalam pendekatan ini peran guru sangat dominan karena dialah
yang memilih bentuk stimulus, memberikan ganjaran dan hukuman dan memberikan
penguatan , menentukan jenisnya, dan guru pula memilih buku, materi dan cara
mengajarkannya. Bahkan menentukan jawaban atas perntanyaan yang di ajukan
kepada pelajar.
2) Teori Kognitif
Teori kognitif menegaskan pentingnya keaktifan pelajar. Pelajarlah
yang mengatur dan menentukan proses pembelajarannya. Lingkungan bukanlah
penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pembelajaran. Menurut
pandangan ini, seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya, dia
melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya,
menginterprestasikannya, menghubungkannya, dengan pengalaman terdahulu, baru
kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai.
b. Teori – teori Ilmu Bahasa
Pengembangan linguistik mempunyai pengaruh yang tak sedikit atau
membawa konsekuensi perubahan-perubahan dalam pengembangan desain pengajaran
bahasa. Dalam teori ilmu bahasa mencakup beberapa teori, yaitu :
1) Teori Structural
Teori ini muncul karena suatu ketidakpuasan terhadap hasil-hasil
analisis secara tradisional, sehingga menyebabkan para ahli menelusuri
bentuk-bentuk baru cara mengajarkan aspek bahasa. Kemudian lahirlah tata bahasa
struktural yang mengakar pada filsafat behaviorisme. Teori ini dipelopori oleh
linguis dari Swiss Ferdinand De Saussure tapi dikembangkan lebih lanjut secara
signifikan oleh Leonard Bloomfield. Dialah yang meletakan dasar-dasar
linguistik struktural berdasarkan penelitian-penelitian dengan menggunakan
metode penelitian ilmiah yang lazim digunakan dalam sains.
Beberapa teori tentang bahasa menurut structural ini, antara lain :
a) Bahasa itu
pertama-tama adalah ujaran,
b) Kemampuan berbahasa
diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan,
c) Setiap bahasa
memiliki sistemnya sendiri yang berbeda dengan bahasa lain, oleh karena itu
menganalisis suatu bahasa tidak bisa memakai kerangka yang di gunakan untuk
menganalisis bahasa lainnya,
d) Setiap bahasa
memiliki sistem utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dari penuturnya,
oleh karena itu tidak ada satu bahasa yang paling unggul atas bahasa yang
lainnya.
e) Semua bahasa yang
hidup dan berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya
kontak dengan bahasa lainnya. Oleh karena itu kaidah-kaidahnya pun bisa
mengalami perubahan.
f) Sumber pertama dan
utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut,
bukan lembaga ilmiah, pusat bahasa atau teori-teori gramatika.[4]
Teori-teori linguistic structural ini seiring dengan teori-teori psikologi
behaviorisme dan menjadi landasan teoritis bagi metode audiolingual dalam
pembelajaran bahasa.
2) Teori Generatif – Transformatif
Linguistik
transformasi lahir sebagai reaksi atas ketidakpuasan terhadap
pemikiran-pemikiran dan prosedur analisis bahasa yang dikembangkan oleh aliran
struktural. Aliran Generatif-Transformatif ini dipelopori oleh seorang pakar
linguistic Amerika yang bernama Noam Chomsky. Dia membagi kemampuan-kemampuan
berbahasa menjadi dua, yaitu kompetensi dan performansi. Kompetensi (competence) adalah kemampuan ideal
yang dimiliki oleh seorang penutur bahasa. Kompetensi menggambarkan pengetahuan
tentang sistem bahasa yang sempurna, yaitu pengetahuan tentang sistem kalimat
(sintaks), sistem kata (morfologi), sistem bunyi (fonologi), dan sistem makna
(semantic). Sedangkan performansi (performance) adalah ujaran-ujaran yang bisa
didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa adanya tanpa
dibuat-buat. Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurna, dan oleh
karena itu pula, menurut Chomsky, suatu tata bahasa hendaknya memerikan
kompetensi dan bukan performansi.[5]
2. Teori Kesatuan dan Cabang Pembelajaran Bahasa
Arab
A. Teori Kesatuan
Teori kesatuan
adalah kita memandang bahasa arab sebagai kesatuan dari beberapa unit yang
saling menguatkan bukan cabang – cabang yang berdiri sendiri. Unit – unit dalam
kesatuan tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang satu sama lain saling
menyempurnakan. Unit-unit yang dimaksud dalam teori kesatuan ini adalah :
a.
Dialog
(al-hiwar)
Dialog atau al-hiwar disebut juga dengan al-muhadasah yaitu aspek kegiatan
mempraktekkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang dirangkai menjadi
kalimat-kalimat untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan
atau perasaan kepada mitra bicara.
b.
Struktur
(at-tarkib)
Struktur atau at-tarkib adalah materi tata bahasa (al-qawaid) yang
diberikan untuk membantu para pelajar dalam menyusun kalimat dengan benar.[6]
c.
Membaca
(al-qira’ah)
Membaca atau al-qira’ah adalah materi memahami bacaan dengan
makhraj dan intonasi yang baik dan benar.[7]
d.
Menulis
(al-kitabah)
Menulis atau al-kitabah adalah materi ekspresi dalam bentuk tulisan
agar dapat menyusun suatu paragraf.
e.
Hafalan
(al-mahfuzhat) dan apresiasi sastra (al-tadzawwuq al-adabi)
Hafalan dalam hal ini adalah sub materi pelajaran berupa
kalimat-kalimat yang harus dihafalkan diluar kepala (al-mahfudzat). Kalimat –
kalimat tersebut pada umumnya potongan karya sastra baik berupa puisi
(al-syi’r) atau prosa (al-natsar). yang memiliki nilai praktis dalam kehidupan
sehari-hari. Materi hafalan ini dalam prakteknya tidak hanya sebagai bahan
hafalan, tetapi juga sebagai bahan pembahasan dalaam berbagai aspek, misalnya
nilai isi, keindahan, struktur dan sebagainya. Oleh sebab itu materi
al-mahfudzat dalam hal-hal tertentu bias sekaligus menjadi materi apresiasi
sastra (al-tadzawuq al-adabi).
Karakteristik
pembelajaran pada teori kesatuan ini, antara lain :
a. Semua unit bersumber pada satu silabus
dan baku sebagai silabus dan buku bahasa Arab.
b. Semua unit diajarkan dalam alokasi
waktu yang sama sebagai waktu pembelajaran bahasa Arab.
c. Semua unit diajarkan oleh guru yang
sama sebagai guru bahasa Arab
d. Dalam hal penilaian, guru memberikan
nilai akhir tidak untuk setiap unit melainkan nilai akhir bahasa Arab sesuai
dengan tujuan pembelajaran bahasa Arab.
Kelebihan dan
Kekurangan Teori kesatuan
Ada beberapa
kelebihan yang membantu para pelajar dalam meguasai keterampilan berbahasa.
Ibrahim (1973:50) mengemukakan kelebihan ini ditinjau dari tiga dasar, yaitu
dasar psikologis pedagogis, dan linguistic.
a. Dasar Psikologis (al-asas al-nafsi)
1) Selalu adanya pembaruan kegiatan,
karena materi – materi yang disajikan tidak monoton, melainkan bergantian dalam
bentuk kegiatan – kegiatan secara teratur dan bervariasi. kondisi ini akan
menjadi motivasi bagi mereka, mengatasi kejenuhan yang mungkin mereka rasakan.
2) Selalu ada kegiatan ulang baik kegiatan
pada satu tema. Hal ini jelas akan memberikan penguatan pemahaman para pelajar.
Walaupun kegiatan pembelajaran ulang diberikan oleh guru bermacam – macam,
Namun tetap semuanya kembali kepada satu tema.
b. Dasar Pedagogis (al-asas al-tarbawi)
Bahwa
memberikan pelajaran yang teratur dan berkesinambungan adalah pengajaran yang
efektif. Jika kita melihat cara kerja mmetode – metode pembelajaran semuanya
menuntun para guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan teratur dan
saling berhubungan satu sama lain.
c. Dasar Linguistik (al-asas al-lughawi)
Pada saat
melakukan pembelajaran dengan teori kesatuan maka guru mengajarkan meggunakan
bahasa secara integral baik lisan maupun tulis kepada para pelajar.
B. Teori Cabang
Teori cabang
merupakan kebalikan dari sistem kesatuan karena pelajaran bahasa Arab dalam
teori cabang dilihat sebagai sekumpulan materi yang terpisah – pisah secara
mandiri. Dalam hal ini Ibrahim (1973: 50) menjelaskan bahwa pelajaran bahasa
Arab dengan system cabang terbagi menjadi beberapa cabang setiap cabang mmemiliki kurikulum buku
pelajaran alokasi waktu.
Tujuan pokok
pembelajaran bahasa Arab dengan system cabang bukan ketrampilan menggunakan
bahasa Arab layaknya pada system kesatuan melainkan menguasai ilmu- ilmu
bahasa.
Karakteristik pembelajaran
pada teori kesatuan ini, antara lain :
a. Alokasi waktu pembelajaran terbagi
sesuai porsi bagian – bagian sebagai cabang bahasa.
b. Setiap cabang itu memiliki kurikulum
sendiri
c. Setiap cabang itu memiliki buku daras
sendiri
d. Dalam penilaian akhir guru memberikan
nilai akhir kepada setiap pelajar sesuai dengan tujuan pelajaran yang
bersangkutan.
Kelebihan Teori
Cabang
a. Masing – masing unit pelajaran yang
diberikan akan lebih mendalam di bandigkan dengan system kesatuan. Karena guru
memiliki alokasi waktu yang leluasa dan kebebasan memberikan warna pembelajaran
secara khusus. Apalagi dengan guru yang khusus untuk setiap pelajaran, materi
pelajaran relative lebih dalam.
b. Permasalahan pembelajaran yang dihadapi
dalam setiap unit cenderung dapat diatasi secara tuntas apalagi jika setiap
pelajaran dipegang oleh satu guru. Karena perhatian terhadap persoalan yang
terjadi disetiap pelajaran relative lebih banyak.
Kekurangan Teori
Cabang :
a. Pemilahan unit-unit bahasa menjadi
bagian – bagian yang terpisah dinilai akan merusak substansi bahasa Arab yang
utuh yang tentu saja akan merusak karakteristik sebagai system yang padu.
Sebagai akibatnya para pelajar tidak akan diarahkan secara serius kepada
penguasaan keterampilan berbahasa Arab.
b. Perhatian pembelajaran yang mendalam
pada unit – unit bahasa arab secara terpisah dengan cara yang berbeda akan
mengakibatkan perkembangan kemampuan berbahasa para pelajar tidak seimbang.
Bisa jadi perkembangan kemampuan pelajar dalam tata bahasa misalnya akan pesat,
sementara kemampuan menuliskannya kurang, dan seterusnya.[8]
IV.
KESIMPULAN
Dalam pembelajaran Bahasa Arab terdapat dasar-dasar teoritis pembelajaran Bahasa dan teori kesatuan,
cabang pembelajaran Bahasa Arab. Dasar-dasar
teoritis pembelajaran Bahasa mencakup teori-teori
ilmu jiwa atau psikologis dan ilmu linguistic. Teori bahasa atau linguistic dibagi
menjadi dua, yaitu Teori
Structural dan Teori Generatif – Transformatif. Dan teori psikologis juga dibagi menjadi
dua, yaitu Teori Behaviorisme dan Teori Kognitif.
Selain teori linguistic dan psikologi, didalam
pembelajaran Bahasa Arab juga terdapat Teori Kesatuan dan Teori Cabang. Dalam
Teori Kesatuan membahas tentang Dialog (al-hiwar), Struktur (at-tarkib), Membaca
(al-qira’ah), Menulis (al-kitaabah), Hafalan
(al-mahfuzhat). Sedangkan, Teori Cabang merupakan kebalikan dari sistem kesatuan karena
pelajaran bahasa Arab dalam teori cabang dilihat sebagai sekumpulan materi yang
terpisah – pisah secara mandiri.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, Kepada
para pembaca, penulis menyadari banyaknya kekurangan dari penulisan makalah
ini, oleh karena itu disarankan kepada seluruh pembaca, supaya mencari dan
membaca referensi-referensi lain yang terkait dengan materi yang berkaitan
dengan “Teori dasar pembelajaran bahasa Arab dan Teori
kesatuan dan cabang”.
[2] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 8.
[4]
Fuad Efendy, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, … hlm. 10.
[5]
Fuad
Efendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, …. hlm. 14-15.
[7]
Ahmad Muhtadi
Ansori, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metode-Metodenya, (Yogyakarta :
TERAS, 2009), hlm. 9.
[8] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, …., hlm. 122-124.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar