Minggu, 16 Oktober 2016

Autobiografi "Si Sayur "Mbarep" Maedi

Si Sayur “Mbarep” Maedi
            Saya yang biasa dipanggil Tari dari penggalan nama lengkap saya yaitu Siti Lestari Mulianah, saya berjenis kelamin perempuan yang di lahirkan di rumah bersalin Budi Luhur kota Kudus dengan dibantu oleh bu bidan Titin, akhirnya pukul 15.00 WIB tanggal 13 bulan Juni tahunnya 1995 itu pertama kalinya saya melihat dunia sekaligus pertemuan pertama saya dengan orang tua saya. Saya lahir dengan Bobot 3,5 kg dan panjang 4,8 cm dan menyandang gelar anak mbarep (pertama) dari pasangan suami istri yang sah bapak Jumaedi dan ibu Sumanah. Bapak ibu saya menamai saya dengan nama Lestari Mulianah, dari embah saya yaitu bapak dari bapak saya alias kakek saya menambahi nama Siti didepan nama saya. Jadilah nama saya “Siti Lestari Mulianah”. Saya mempunyai 2 adek, satu saingan saya karena dia perempuan “Nilna” begitu panggilannya lengkapnya Nilna Sya’adah dan Muhammad Satria Ibnu Shihab adik laki-laki ternakal saya. Karena saya belum berkeluarga, tempat tinggal saya masih bersama keluarga saya yaitu di desa Prambatan Kidul RT 01 RW 04 dukuh Karang Wetan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus.
            Tahun 1999 Saya masuk sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang letaknya tidak jauh dari rumah saya jaraknya kira-kira 100 meteran dari rumah saya. Setiap berangkat sekolah, saya pasti diantar oleh orang tua saya tapi setiap pulang sekolah, saya lebih memilih jalan kaki bersama teman-teman dari pada dijemput. Karena, menurut saya jalan kaki bersama teman – teman itu lebih menyenangkan. Sejak kecil, saya senang sekali menari, mewarnai, dan menggambar karena itulah saya sering diikut sertakan dalam lomba – lomba tersebut. Selain itu, Saya juga senang menyanyi terutama  menyanyi lagu – lagu india, setelah pulang sekolah saya sering menari dan menyanyi india bersama teman – teman saya dirumah. Betapa bahagianya saya diwaktu kecil yang hanya dipenuh dengan  kegembiraan, tertawa, keceriaan. Masa anak-anak memanglah masa yang paling indah dan menggembirakan. Tahun 2001 saya lulus dari TK, Karena orang tua saya meninginkan saya belajar ilmu agama dan ilmu umum, saya melanjutkan pendidikan di MI Banat NU Kudus, yang sekarang terkenal dengan sebutan MI NU Banat Kudus. 12 tahun saya tidak mempunyai temen sekelas yang bejenis kelamin laki-laki karena dari MI sampai MA saya hidup dilingkungan Banat yang semua temen – temen kelas saya itu perempuan. Saya lulus MI tahun 2007  dan melanjutkan ke jenjang MTS NU Banat Kudus yang letaknya tidak jauh dari MI banat . Lulus MTS tahun 2010 dan masih setia di lingkungan Banat, saya melanjutkan pendidikan di MA Nu Banat Kudus setelah satu tahun disana, saya masuk kelas XI dan mengambil jurusan IPS sampai akhirnya tahun 2013 saya keluar dari lingkungan Banat. Disamping pendidikan formal, saya juga mengikuti pendidikan nonformal yaitu di TPQ Al-Rosyad Kepundung Purwosari Kudus mulai tahun 2003 sampai 2006. Setelah lulus dari TPQ, saya melanjutkan di Madrasah Diniyah Hidayatul Aulad Prambatan Kidul Kudus. Di Madrasah Diniyah saya langsung masuk di kelas 3 sampai tahun 2009 saya lulus dari MADIN.
                                                           
      Setelah 12 tahun saya belajar di Banat, tahun 2013 Saya melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab.  Pada awal tahun saya masuk di UIN, saya memutuskan untuk tinggal di Ma’had Walisongo Semarang yang letaknya tidak jauh dari kampus tempat saya belajar nantinya. Masuk kuliah pertama kali, saya merasa minder sama teman-teman saya karena mayoritas dari mereka adalah lulusan pondok sedangkan saya baru pertama kali masuk pondok di Ma’had Walisongo Semarang itu pun karena keinginan orang tua. Satu tahun berjalan, dan masa aktif di Ma’had Walisongo pun sudah habis. Saya melanjutkan tinggal di lingkungan pondok lagi, karena ketagihan dengan dunia pondok dan saya memutuskan untuk tinggal di Pondok Pesantren Darun Najah Jerakah yang letaknya lumayan jauh dari tempat saya belajar yaitu tepatnya di Jl. Stasiun Jrakah Kelurahan Jrakah Kecamatan Tugu Kabupaten Semarang.
            Pengalaman saya berorganisasi itu hanya di desa saya saja yaitu waktu saya masih duduk di bangku MTS dan MA, saya aktif di IPNU IPPNU Prambatan Kidul dan Jam’iyyah Fatayat Prambatan Kidul.Tapi sejak saya kuliah di Semarang saya sudah tidak aktif lagi dalam berorganisasi. Selama saya belajar dibangku kuliah, saya pernah mengikuti salah satu organisasi yang ada dikampus, tapi itupun tidak berjalan dalam waktu yang lama karena adanya suatu alas an. Sejak saat itu saya sudah tidak aktif lagi dalam berorganisasi.
            Sekarang saya masih duduk di bangku kuliah semester tujuh yang insya allah akan menyandang gelar S.Pd pada tahun 2017. Aamiin. Semoga dapat tercapai dan menjadi orang yang sukses dan berguna bagi masyarakat dan khususnya dapat membanggakan kedua orang tua karena Ridhollahu fi Ridholwalidain Ridho Allah terletak kepada ridho kedua orang tua. Segala usaha harus diiringi dengan do’a begitupun sebaliknya do’a harus diiringi dengan usaha.
            Inilah sepenggal kisah saya, Saya si sayur “mbarep” Maedi, kenapa saya memakai nama itu, sayur karena menurut saya itu unik, saya yang gag doyan sayur, yang kalo makan pasti menyisihkan sayur, sekarang saya mencoba untuk menyukai sayur. Do’akan saya semoga berhasil. Mbarep, itu sebutan anak pertama dari bahasa jawa dan Maedi adalah penggalan dari nama pangeran saya alias bapak saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar